Nelayan dan Mangrove Jenggalu
Pa Ujang (64), tahun 1984 pindah ke Jenggalu, dari penuturan beliau, dulu sungai Jenggalu air berwarna biru, bersih, banyak ikannya, tapi karena ada pembangunan di hulu, akibatnya sungai membawa sedimentasi tanah. Dahulu mulut muara ini ada disebelah hilir, tapi karena ada pembangunan jalan pariwisata, mulut muara di pindahkan. Sebelumnya mulut muara di pindahkan sekitar 1 kilo kea rah hulu, tapi karena ada ombak, dan faktor cuaca, mulut muara dipindahkan ke depan Kampung Jenggalu Kito, tempat sekarang, awalnya ukurannya keci, dalam, tapi karena terjangan ombak menjadi besar. Didepan muara jenggalu sekarang terjadi sedimentasi menurut pengamatan beliau sedimentasi itu juga terjadi karena tanah kerukan di pulau baai dibuang dilaut, sehingga terbawa oleh ombak dan sebagian masuk ke daerah sini. Sebelumnya pulau di depan itu lebih kecil, tetapi sekarang meluas, anak sungai sampai ke lempuing. Dulu ada dua wilayah lempuing dan kuala baru.
Dulu hasil tangkapan ikan melimpah, jaring di pasang saat pasang naik dan saat surut, saat pasang naik ikan banyak tertangkap yang akan masuk ke muara dari laut, saat akan surut ikan yang tertangkap adalah ikan dari sungai yang akan ke laut. Tangkapan terbanyak adalah sekitar 30 kg, tapi sekarang semakin menurun, alat tangkap yang digunakan adalah jaring, perahu sampan dayung dan perahu motor tempel. Hasil tangkapan ikan sekarang dijual ke orang di perumahan sebelah atas, dengan harga 40rb perkg, sudah menjadi langganan setiap dapat ikan “bagus” supaya diantar ke pelanggan tersebut. Jumlah nelayan yang tua sudah berkurang digantikan sama yang muda mungkin anak-anaknya dari nelayan.
Wendi (35) adalah nelayan kepiting,, menangkap kepiting di muara sungai Jenggalu, Setiap hari mengandalkan mencari kepiting untuk kebutuhan keluarga. Alat tangkap kepiting berupa bubu/peangkap kepiting.. Hasil tangkapan semakin berkurang dan ukuran kepiting yang besar diatas 300 gram semakin sulit didapat. Harga kepiting di Bangkulu ukuran 200 gram, dijual dengan harga 60 ribu perkg, ukuran 300 gram up harganya 80 ribu perkg. Kepiting bakau hasil tangkapan nelayan dijual dipinggir jalan tidak jauh dari tempat tinggal. Selain itu kepiting juga bisa diperoleh di pulau Baai
Kepiting Bakau atau Scylla serrata merupakan salah satu sumber keragaman hayati, yang habitatnya ada di dalam hutan mangrove yang umumnya tumbuh serta berkembang pada kawasan pesisir. Kepiting ini termasuk dalam golongan krustasea. Ia memiliki nilai protein tinggi, vitamin B, vitamin E, mangan, fosfor, yodium, zinc serta memiliki tingkat kolesterol yang cukup tinggi
survey mangrove jenggalu
LATUN bersama akademisi dan mahasiswa kelautan UNIB melakukan survey Kerapatan, Jenis, Sebaran Mangrove di Jenggalu. dari hasil analisa citra satelit Sentinel, hutan mangrove kota Bengkulu memiliki luas 242,35 ha yang secara administrasi terbagi di 3 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Ratu Agung
2. Kecamatan Gading Cempaka
3. Kecamatan Kampung Melayu
Dari hasil survey hutan mangrove yang ada dikota Bengkulu terdiri dari 9 mangrove sejati antara lain :
1. Rhizophora Apiculata
2. Rhizophora Stylosa
3. Avicenia Rumphiana
4. Bruguiera Gymnorrhiza
5. Soneratia Caseolaris
6. Soneratia Alba
7. Xylocarpus Granatum
8. Lumnitzera Littorea
9. Acrostichum Aureum
jenis yang paling dominan adalah jenis Sonetaria.
Selain mangrove sejati hutan mangrove Bengkulu juga memiliki mangrove ikutan yang jumlahnya melebihi mangrove sejati seperti :
1. Jaruju
2. Thespesia Populna
3. Pandanus Odorifer
4. Bintaro
5. Nipah
6. Dll.
Saat ini Latun dan KJK sudah mengembangkan teh herbal mangrove dari jenis jaruju.